Jumat, 23 Desember 2011

pernah ada masa - masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri - diri selain debu dan abu

pernah ada waktu - waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar hakikat kita saling meniadai

di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing - masing habis dimakan api

kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang dan bercabang - cabang
pada akhlak yang manis, lembut dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf- huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya


- Dalam Dekapan Ukhuwah -

Senin, 19 Desember 2011

86.400

"Nak apakah menurutmu kita bisajadi kaya jika setiap hari kita diberi 86.400?" kata Pak Akhbar kepada anaknya
.
"Mungkin saja Pak. kalo kita rajin menabung setiap hari, pasti bisa kaya." kata Andi menjawab.

"Tapi gemana kalo syaratnya begini. 86.400 tersebut tidak bisa ditabung dan harus dihabiskan dalam satu hari. besok pasti akan dapat 86.400 lagi. kalau tidak habis, maka sisanya akan hangus dan tidak bisa dipakai lagi. terus yang 86.400 ini tidak bisa diberikan kepada orang lain. jadi bagaimana??"

"ya bagaimana bisa kaya Ayah kalau uang tersebut gak bisa ditabung. terus gak bisa dikasih orang lain lagi."

"Oh begitu ya. tarus bisa gak kita jadi presiden atau bahkan jadi penguasaha sukses atau malah jadi pemimpin dunial dengan hanya 86.400 tiap hari tapi gak bisa tetap gak bisa bertambah biar bagaimanapun?"

"Ya gak mungkin bisa jadi presiden atau jadi pengusaha. kan gak bisa ditabung terus gak bisa ditambah juga."

"tapi banyak orang yang bisa loh. buktinya presiden kita sekarang juga sama. terus orang paling kaya di dunia sekarang juga sama. mereka cuma dapat 86.400 tiap hari, tapi bisa sukses besar."

"memang dapatnya 86.400 juga Yah??"

"Iya benar. mereka bisa memaksimalkan 86.400 yang meraka dapatkan setiap hari."

"Coba Andi juga dapat sebanyak itu dari dulu, pasti bisa sukses juga."

"Tapi Andi memang selalu dapat 86.400 itu kok. cuma belum dimaksimalkan aja."

"Tapi Andi gak pernah dikasih uang 86.400 sehari."

"Siapa yang bilang uang? yang Ayah maksudkan adalah waktu. itu adalah 86.400 yang selalu kita dapatakan setiap harinya."




========================


setiap hari, waktu setiap orang selalu sama. 86.400. gak ada yang lebih dari itu. tapi kenapa ada yang bisa sukses dan ada yang gagal? itu sebenarnya hanya bagaimana kita memanfaatkannya. jika kita melihat disekitar kita banyak orang yang selalu berkata 'saya gak puny waktu' padahal setiap diri dari kita memiliki jatah waktu yang sama tiap harinya. orang yang sukses dan yang gagal memiliki jatah waktu yang sama dengan kita. perbedaannya adalah bagaimana mereka memanfaatkan waktu yang mereka miliki. begitu pula diri kita. kita hanya tinggal memilih mau seperti apa memanfaatkan waktu yang ada dan kita akan mendapatkan hasil sesuai dengan cara kita memanfaatkan waktu tersebut.

Senin, 28 November 2011

Ternyata Rokok Tidak Berbahaya

Disekitar kita tidak sedikit dari mereka yang kawatir akan bahaya merokok bahkan ada yang sangat takut dengannya. Saya berharap mulai sekarang mereka tidak perlu kawatir dan merasa takut lagi. Karna dari penyelidikan beberapa pakar kesehatan mengatakan rokok itu sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan. Bahkan mereka berusaha membuktikannya dengan kisah-kisah yang sudah lama terpendam sejak zaman dahulu kala. Dari kisah-kisah yang mereka selidiki, ternyata nenek moyang kita secara tidak sengaja telah menemukan bukti bukti bahawa rokok tidak berbahaya.

Di zaman dahulu kala, ada tiga orang bersahabat. Mereka selalu bersama kemana saja mereka pergi. Tapi ketiga-tiganya memiliki kegemaran berlainan.

Si - A (suka main perempuan)Si - B (suka minum minuman keras)Si - C (suka segala jenis rokok)

Suatu hari ketiga bersahabat ini berjalan jalan tanpa tujuan. Tiba-tiba ketiganya bertemu dengan sebuah ketel/kendi (seperti cerita Aladin). Lalu salah seorang mengambilnya lalu meng-gosok-gook-kan ketel tersebut. Kemudian asap keluar dari corong ketel tersebut dan secara perlahan berganti menjadi satu makluk yang menyeramkan yakni sesosok jin yang ganas.

Lalu jin tersebut tertawa: "ha ha ha..." dan berkata "Akulah Jin Ifrit! Karena kamu telah membebaskan aku dari ketel itu maka aku akan tunaikan apa saja permintaan kamu sekalian".

Ketiga sahabat yang pada mulanya panik dan takut menjadi gembira lalu termenung dan berpikir tentang peluang dan kemauan masing-masing yang mungkin hanya sekali mereka jumpai dalam hidup mereka. Lalu mereka memilih kemauan mengikuti "kegemaran" masing-masing.

Berkatalah si A, "Aku mau perempuan-perempuan muda dari berbagai bangsa di seluruh dunia dan letakkan dalam sebuah gua tertutup dan jangan ganggu aku selama 10 tahun. "Pufff ........!! dengan sekejap mata jin itu menyempurnakan permintaan si A.

Berkata si B, "Aku mau semua jenis arak dari seluruh dunia untuk bekal selama sepuluh tahun dan letakkan dalam sebuah gua tertutup dan jangan ganggu aku selama 10 tahun." Pufff ......... !! dengan sekejap mata jin itu menyempurnakan permintaan si B.

Berkata pula si C, "Aku mau semua jenis rokok dari seluruh dunia untuk bekal selama sepuluh tahun dan letakkan dalam sebuah gua tertutup dan jangan ganggu aku selama 10 tahun. Pufff .......... !! dengan sekejap mata jin itu menyempurnakan permintaan si C.

Setelah genap 10 tahun, maka jin tersebut muncul kembali untuk membuka pintu gua masing-masing sebagaimana yang dijanjikan.

Maka jin tersebut pergi membuka pintu gua si A, ketika dibuka maka keluarlah si A dengan keadaan kurus kering, berdiri pun tidak bisa karena tidak sanggup untuk menggerakkan lutut sebab hari-hari hanya memuaskan nafsu dengan perempuan. Tiba-tiba si A pun jatuh ketanah lalu mati!!

Setelah itu jin tersebut pergi ke gua si B, ketika pintu dibuka maka keluarlah si B dengan perut yang sangat buncit karena hari-hari mabuk-mabukan. Jalan pun terhuyung-huyung. Tiba-tiba si B pun jatuh ketanah lalu mati !!

Setelah itu jin pergi ke gua si C dan membuka pintu gua. Tiba2 si C keluar dalam keadaan SEHAT WAL'AFIAT dan terus menampar si jin, Sambil memaki si jin ia berkata:JIN GOBLOOOKK ....!!!! KOREKNYA MANA ...



jadi kalo rokoknya gak di bakar, gak akan berbahaya..... (^_^)V


 Posted by Syaifullah Chaidir On April - 15 - 2009

Senin, 03 Oktober 2011

Sahabat....



Bismillahirrahmanirrahim...

“Assalamu’alaykum.”
“Wa’alaykumsalam.”
“Andi, besok bisa kan ngajarin aku kimia?”
“Oh, pasti dong. Insya Allah besok jam 4 sore aku ke rumahmu.”
“Oke kalau gitu. Assalamu’alaykum.”
“Wa’alaykumsalam.”
Percakapan mereka pun terputus di telepon. Dengan senyum yang masih mengembang, Andi mengembalikan gagang telepon ke tempatnya semula. Dia senang bisa bermanfaat bagi orang lain. terutama bagi sahabatnya, Rendi. Sejak dulu dia memang senang membantu orang lain. Dan esok hari dia akan mencoba untuk membantu meringankan tugas Rendi.
~~~~~~~~
Esok harinya, Rendi menemui Andi ke sekolahnya.
“Andi, kayaknya nanti sore gak usah ngajarin kimia lagi nih. Maaf ya.”
“Oh, iya gak apa – apa kok. Tugasnya sudah selesai ya?”
“Ya belum selesai sih. Tapi gampang kok. Nanti datang pagi aja. Ngerjain tugasnya sebelum masuk kelas. Tinggal nyalin tugas temen yang lain.”
“Lho, itu namanya nyontek. Mending dikerjain sendiri aja. Kan sekalian biar ngerti. Nanti aku bantuin kok.”
“Gak usah. Nanti sore juga ada acara juga. Jadi gak bisa ngerjain.”
“Oh, lagi sibuk ya. Memang ada apa?”
“Diajak balapan sama temen di jalan Merdeka. Lumayan tuh buat refreshing bentar.”
“Astaghfirullah, daripada gitu kan lebih baik belajar aja. Kan kalau balapan gitu juga resikonya tinggi. Mana kalau ada polisi juga bisa ditangkap juga.”
“Ah, udah tenang aja. Aku bisa jaga diri kok.”
“Tapi kan balapan di sana itu malah salah juga.”
“Iya. Tapi gak apa – apa kok.”
Tidak lama kemudian teman Rendi datang untuk menjemput Rendi.
“Ren, ayo berangkat. Anak – anak udah siap tuh. Tinggal cabut aja.”
“Eh, jangan ikut – ikut kayak gitu. Itu kan mengganggu ketenangan umum juga. Nanti kalau ada polisi gemana?”
“Ah, tenang aja. Sekalian nanti kita balapan sama polisinya kalau gitu. kan lebih rame. Iya kan Ren?”
“Iya. Kayaknya memang lebih menantang balapan sama polisinya tuh.”
“Tapi kan itu gak baik. Kalau kecelakaan gemana?”
“Udah deh tenang aja. Lagian kamu ngapain sih sewot banget. Kalau memang temennya Rendi, harusnya bisa dukung keputusannya Rendi dong. Jangan malah sewot gitu. Iya kan Ren?”
“Iya. Lagian kan aku juga ingin balapan.”
“Tapi kan gak harus gitu juga.”
“Udah gak usah pake lama. Ayo Ren, naik. Kita langsung ke sana.”
Akhirnya Rendi pun pergi meninggalkan Andi sendirian. Karena merasa khawatir kepada Rendi, Andi pun berusaha mengejar Rendi ke tempat balapan.
~~~~~
Di tempat balapan, Rendi segera meminjam motor temannya itu. Di sana sudah ada beberapa orang yang juga berniat mengikuti balapan liar dadakan. Motor – motor yang digunakan juga sudah dimodifikasi sedemikian hingga diharapkan bisa mencapai kecepatan tinggi. Suara gaduh knalpot motor pun bertebaran mengusik ketenangan di sana.
Di sana ada juga orang yang bertugas untuk mengatur lalu lintas. Jadi jalan Merdeka itu kosong dari kendaraan umum. Dan para peserta pun tampak puas dengan jalan yang sudah dikondisikan seperti itu. Mereka tinggal fokus bagaimana cara memacu motor dengan kecepatan tinggi untuk mencapai garis finish.
Kini semua peserta sudah ada di garis start. Rendi cukup yakin akan meraih kemenangan. Motor yang digunakannya termasuk motor dengan modifikasi terbaik. Ditambah dengan pengalamannya, dia semakin optimis bisa mencapai garis finish lebih dulu. Tangannya kini sudah menggenggam dengan erat. Matanya fokus ke depan ke arah garis finish. Dia siap menunggu start yang akan memulai balapan. Telinganya berusaha menangkap suara yang akan menjadi pertanda balapan dimulai.
Tepat ketika balapan tersebut akan dimulai, tiba -  tiba ada yang berteriak – teriak.
“Polisi..!!!! Polisi...!!!!”
Terang saja teriakan itu membuat semua orang di sana panik. Konsentrasi Rendi pun hilang seketika. Entah siapa yang tiba – tiba meloncat duduk di belakangnya, dia pun tidak peduli. Seketika itu juga dia langsung memacu motornya untuk berusaha menghindari polisi. Entah ke arah mana dia melaju, Rendi tidak peduli. Yang penting baginya dia bisa lepas dari polisi. Dia pun memacu motornya secepat mungkin.
Entah karena panik atau karena apa, dalam kecepatan tinggi itu Rendi melakukan kesalahan. Ketika akan menaikkan gigi, dia justru menurunkannya. Secara otomatis mesin motor pun tidak bisa menerima. Motor pun oleng seketika, namun Rendi berhasil menahannya agar tidak jatuh. Akan tetapi mesin motor tersebut menjadi mati. Rendi pun semakin panik. Akhirnya dia tinggal motornya itu dan berlari. Orang yang tadi dibonceng Rendi pun tidak kalah panik. Kini dia juga berlari.
Tiba – tiba ada orang yang berteriak.
“Rendi..!!! ayo cepat ke sini!”
Rendi melihat Andi ada di dekatnya. Tanpa pikir panjang, Rendi pun segera berlari ke arah Andi dan segera meloncat ke belakang Andi.
“Ini ganti helm dengan ini. Yang kamu pakai itu lempar aja.”
Tanpa pikir panjang Rendi segera mengganti helm yang ia kenakan dengan helm yang dibawa Andi. Dan Andi pun tidak terburu – buru membawa motornya. Ia dengan santainya mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Terang saja itu membuat Rendi bingung sekaligus panik. Tak lama kemudian ada polisi yang segera mendatangi mereka berdua. Rendi tampak agak panik, namun Andi tenang – tenang saja.
“Kalian jangan kabur. Ayo menepi sana.”
Andi pun segera menepikan motornya. Rendi semakin panik. Polisi itu pun berhenti pula.
“Ayo kalian berdua ikut ke kantor polisi sekarang.”
“Maaf Pak, kami tidak ikut – ikut balapan itu.”
“Jangan bohong kamu...!!!”
“Mana mungkin kami bisa ikut balapan liar itu dengan motor standar kayak gini. Diajak ngebut sedikit juga sudah panas mesinnya Pak.”
“Iya juga sih. Tapi itu teman kamu saja sampai seperti itu. Kalian pasti ikut balapan liar kan?”
“Oh, dia mungkin takut dikira ikut balapan liar. Tadi dia ngomong gitu ke saya. Tapi mana mungkin juga kami bisa ikut. Orang motor kami saja seperti ini.”
“Tapi surat – surat motor kalian ada tidak.”
“Ada Pak, lengkap. Ini SIM dan STNK motornya Pak.”
“Ya sudah. Kalau begitu kalian sekarang boleh pergi. Lain kali kalau ada balapan liar lagi, lebih baik cari jalan lain saja ya.”
“Baik Pak. Soalnya kami juga baru tahu kalau di sini ada balapan liar.”
“Saya kembali bertugas dulu. Selamat sore.”
“Sore Pak.”
Kemudian Andi pun segera beranjak pulang bersama Rendi. Tampak di sekitar mereka banyak orang yang ditangkap karena mengikuti balapan liar. Dalam hati Rendi bersyukur Andi ada di sana dan membantunya.
“Andi, terima kasih ya sudah menolong aku tadi.”
“Iya sama – sama.”
“Tapi kok kamu bisa ada di sini juga sih.”
“Kan, udah janji juga bakal ngajarin kimia sore ini ke Rendi.”
“Iya, tapi kan tadi udah aku batalin. Bahkan tadi juga udah berlaku gak enak ke kamu juga.”
“Seorang sahabat yang baik bukanlah orang yang selalu membenarkan perkataan sahabatnya itu, akan tetapi orang yang berkata benar pada sahabatnya. Dan sekalipun sahabatnya melakukan kesalahan, dia akan berusaha untuk membantu sahabatnya itu agar bisa kesalahan itu bisa diperbaiki.”
“Iya. Terima kasih ya.”
“Udah lah. Kan kita sahabat. Biasa aja deh.”
Senyum itu kembali terkembang di wajah Andi. Rendi menunduk malu. Dalam hati ia bersyukur memiliki sahabat sebaik Andi. Walau dia belum bisa jadi sahabat yang baik untuk Andi, tapi dia bersyukur memiliki sahabat yang sangat baik seperti Andi. Dia berjanji pada dirinya untuk bisa lebih menghargai sahabatnya itu.
~~~~~
*Untuk semua sahabatku dimanapun kalian berada. Terima kasih untuk apa yang telah diberikan. Maaf belum bisa menjadi sahabat yang baik untuk kalian. Tapi apa yang telah kalian lakukan sungguh berarti banyak. ^^




Senin, 05 September 2011

Bekal Perjalanan

 
Di sebuah dusun di sebuah daerah, terdapat sebuah masjid megah berdiri dengan kokoh. Hampir setiap hari masjid tersebut selalu penuh oleh orang – orang yang beribadah. Masyarakat daerah tersebut juga bisa dibilang berada. Namun hanya ada satu orang saja yang mau menjadi pengurus masjid di sana. Dan orang tersebutlah yang mengurus masjid mulai dari membersihkannya, merawatnya, hingga mengurus kotak infaknya.
Namun ada yang aneh dari masjid tersebut. Setiap bulannya, selalu saja laporan keuangan masjid tersebut selalu defisit. Seakan – akan pemasukan kotak infak masjid selalu saja sedikit. Hingga untuk biaya listrik, air dan lain – lain saja kurang. Padahal masjid tersebut selalu saja ramai, bahkan ketika sholat subuh sekalipun. Hal ini lah yang mengundang kecurigaan warga. Banyak desas – desus bahwa data keuangan ini telah dimanipulasi. Hingga akhirnya suatu hari warga pun mendatangi pengurus masjid tersebut untuk meminta pertanggungjawaban.
“Pak Indra, ayo cepat keluar dari rumah. Saya yakin Pak Indra ini telah merubah data keuangan masjid. Ayo cepat keluar!” teriak salah satu warga.
Tak lama kemudian Pak Indra keluar dengan wajah agak terkejut.
“Assalamu’alaykum. Ada apa Bapak – bapak? Kok pada berkumpul di depan rumah saya?”
“Sudah tidak usah berkelit lagi. Bapak pasti sudah memanipulasi keuangan masjid kan? Ayo ngaku saja.” teriak warga yang lain.
“Tidak. Saya tidak pernah memanipulasi data apapun. Apa yang saya tulis di laporan keuangan masjid adalah benar -  benar berdasarkan kondisi keuangan yang sebenarnya.”
“Bapak ini kalau mau mengarang cerita yang realistis. Warga di sini sering sholat berjamaah di masjid. Bahkan masjid juga selalu penuh pada saat sholat jumat. Tapi kenapa laporan keuangan di masjid selalu saja sedikit bahkan kurang. Padahal kami juga bukan orang yang miskin sehingga tidak mampu sedekah.”
“Tapi memang kenyataanya demikian Bapak – bapak.”
“Sudah Bapak tidak usah berkelit lagi. Pasti Bapak sudah mengambil uang dari kotak infak tersebut untuk Bapak sendiri kan? Dan dosa bagi orang meng korupsi dana masjid itu sangat besar.”
“Dusun ini bukan sarang orang – orang yang korupsi. Bakar saja rumahnya dan usir dia dari dusun ini.” Teriak seorang warga yang emosinya mulai tersulut.
Entah mengapa perkataan seorang warga tersebut justru ikut menyulut emosi warga yang lain. Tanpa dikomando lagi warga yang lain langsung berteriak – teriak menghujat pak Indra. Seketika itu juga hati pak Indra menjadi ciut dan merasa takut. Istri dan anak pak Indra pun ketakutan di dalam rumah. Dan entah siapa yang memulai batu – batu mulai berterbangan menghujam rumah pak Indra. Beberapa jendela mulai pecah. Bahkan ada juga batu yang mengenai pak Indra hingga ia jatuh tersungkur.
“Berhenti, berhenti!” teriak salah seorang warga.
“Jangan main hakim sendiri. sudah tahan emosi kalian.”
Emosi warga pun tampak mulai reda. Kemudian pak Indra pun kembali bangkit sembari menahan sakit.
“Baik Bapak – bapak semua. Jika menurut Bapak – bapak sekalian saya sekeluarga harus pergi dari dusun ini maka saya akan pergi. Tapi mohon berikan saya waktu semalam lagi untuk bersiap – siap. Besok pagi saya akan pergi dari dusun ini.”
“Tidak. Harta kekayaan pak Indra adalah hasil korupsi infak masjid. tinggalkan di sini dan pergi tanpa membawa apapun.” teriak salah seorang warga.
Warga yang lain pun mulai meneriakkan hal yang sama. Hati pak Indra pun kembali ciut.
“Tenang semuanya. Tolong tenang dulu.” seorang warga berusaha menenangkan warga yang lain.
“Baik Bapak – bapak semua. Tapi mohon berikan saya waktu sampai besok pagi. Saya tidak akan membawa barang berharga apapun. Tapi saya juga ada permintaan untuk Bapak – bapak semua.”
“Apa permintaan Pak Indra. Ayo cepat sebutkan saja.” teriak seorang warga yang masih terasa emosi dalam nada bicaranya.
“Tunggu sebentar.”
Kemudian pak Indra masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian dia keluar sambil membawa sebuah botol yang ditutupi kain hitam. Warga yang berkumpul mulai penasaran dengan isi botol yang ditutupi kain hitam tersebut.
“Bapak – bapak semua. Saya mohon dengan sangat kiranya Bapak – bapak sekalian masih bersedia memberikan bekal perjalanan bagi diri saya yang hina ini. Saya yakin Bapak – bapak semua adalah orang berada seperti yang Bapak – bapak sebutkan tadi. Dan saya yakin masih ada rasa untuk berbagi dalam diri Bapak – bapak sekalian. Oleh karena itu, sekiranya saya bisa meminta sebotol susu untuk bekal perjalanan saya nanti. Dan saya harap Bapak – bapak sekalian mau berbagi setidaknya setiap orang bisa memberi saya sesendok susu saja.”
“Jika hanya itu keinginan Pak Indra, maka akan kami penuhi.” Jawab seorang warga.
“Kalau begitu nanti malam botol ini akan saya taruh di depan masjid. saya harap Bapak – bapak sekalian mau berbagi sesendok susu kepada saya.”
Seluruh warga pun menyetujuinya. Setelah itu mereka pun pulang ke rumah masing – masing. Dan Pak Indra juga kembali ke rumahnya untuk diobati oleh anak dan istrinya. Dalam hati pak Indra hanya bisa pasrah atas semua yang menimpanya.
~~~
Pada malam harinya, setelah sholat Isya, Pak Indra meletakkan botol yang ditutupi kain hitam itu tepat di depan masjid. Warga pun secara bergantian mengisi botol tersebut. Dan keesokan harinya semua berkumpul di depan masjid. mereka masih menunggu pak Indra untuk mengambil botolnya dan pergi dari dusun tersebut. Tak lama kemudian pak Indra dan keluarganya pun datang.
“Hai orang yang dilaknat Allah. Segera ambil susumu itu dan segera enyah dari sini.” teriak seorang warga.
Warga yang lain pun mulai berteriak – teriak memaki pak Indra. Tampak raut muka pak Indra rasa takut dan sedih. Namun dia masih berusaha tersenyum.
“Terima kasih atas kemurahan hati Bapak – bapak semua, karena masih memberikan saya bekal untuk perjalanan saya. Sungguh ini merupakan bekal yang sangat berharga bagi saya dan keluarga saya. Meskipun hanya sebotol air, namun amat sangat berarti bagi kami.”
“Apa maksud Bapak? Bukankah kami sudah mengisinya dengan susu seperti yang Bapak minta?” kata salah seorang warga.
“Kalau begitu biar saya buktikan.”
Kemudian pak Indra membuka kain hitam yang menutupi botol tersebut. Dan terlihat jelas bahwa isi botol tersebut adalah air bening. Tak sedikit pun terlihat ada cairan putih yang terlihat. Seluruh isinya adalah air yang bening hingga apa yang ada di balik botol tersebut bisa terlihat.
“Seperti yang bisa Bapak – bapak lihat. Apa yang diberikan kepada saya seluruhnya adalah air murni. Tidak ada campuran susu sedikit pun. Mungkin Bapak – bapak mengira bahwa hanya Bapak sendiri yang memasukkan sesendok air ke dalam botol ini, dan yang lain benar – benar memasukkan susu ke dalamnya. Dan sesendok air dalam sebotol susu tentu tidak akan terlihat. Tapi seperti yang Bapak – bapak semua lihat. Tidak ada seorang pun yang memasukkan sesendok susu ke dalam botol ini.
Seperti itu juga infak Bapak – bapak sekalian di masjid. Mungkin Bapak – bapak sekalian mengira bahwa hanya Bapak sendiri yang tidak menyumbangkan sebagian kecil rezekinya, dan berpikir bahwa orang lain telah menyumbang dengan jumlah yang besar. Kalaupun ada yang menyumbang, itu juga hanya sekedarnya. Entah karena memang rezeki yang diterimanya sangatlah sedikit atau entah karena apa, mungkin Bapak sendiri yang lebih tahu. Tapi saya percaya seperti yang Bapak – bapak sekalian bilang sendiri, bahwa Bapak – bapak berasal dari golongan orang yang berada. Dan sungguh demi Dia Yang Menggenggam jiwa ini, seluruh laporan masjid yang saya buat adalah benar – benar berdasarkan kenyataan. Tidak ada sedikit pun yang saya manipulasi.”
Pak Indra berhenti berbicara sejenak. Ia ingin mengatur nafasnya sebentar. Terlihat warga di sekitarnya hanya tertunduk lesu. Tak ada yang berani menatapnya dengan garang lagi. Kemudian ia tersenyum kecil dan melanjutkan pekataanya.
“Seperti yang Bapak – bapak semua minta, maka pagi ini saya dan keluarga akan pergi dari dusun ini. Dan bekal yang kami bawa adalah apa yang kami kenakan saat ini dan sebotol air hasil sedekah dari Bapak – bapak semua. Saya hanya berpesan kepada Bapak – bapak semua untuk terus rajin beribadah seperti yang sebelumnya, dan kalau bisa ditingkatkan lagi. Selain itu juga saya juga mohon kepada Bapak – bapak semua agar mau memakmurkan masjid kita ini. Saya percaya ketika saya sekeluarga pergi nanti, masjid ini akan jauh lebih makmur lagi daripada sekarang. Karena urusan saya juga di dusun ini sudah selesai, maka saya akan pergi sekarang juga dari dusun ini. Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh.”
Suara jawaban salam dari pak Indra ini hanya terdengar lirih. Kemudian suasana menjadi hening. Tidak ada sepatah kata lagi yang keluar. Semua mata hanya tertunduk dan tak ada yang berani memandang ke arah pak Indra lagi.
Pak Indra beserta keluarga kini melangkah keluar dari dusun. Dia melangkah tanpa rasa ragu untuk pergi dari dusun tersebut. Terpasang jelas senyuman kecil dari raut muka pak Indra. Namun entah ada yang melihatnya atau tidak.
Sempat terdengar ada seseorang yang memanggil kembali namanya. Namun pak Indra semakin mantap melangkah tanpa menoleh ke belakang. Baginya, sebotol air hasil dari warga dusun tersebut sudah sangat cukup untuk menjadi bekal perjalanannya kelak. Sebuah bekal yang diyakininya bisa sangat berarti untuk hidupnya kelak. Dan kini ia terus berjalan menyusuri jalan setapak. Hingga akhirnya bayangannya pun hilang di ujung batas pandang.

Senin, 22 Agustus 2011

Serakah


Bismillahirahmanirahim
Suatu hari seorang pemilik perusahaan tengah mendapati seorang pegawainya yang tertunduk lesu di ruang istirahat. Akhirnya dia mendatangi pegawainya tersebut.
“Bapak ada apa kok kelihatannya lesu sekali?”
“Begini Pak. Saya merasa tidak enak pada anak dan istri saya. Saya merasa tidak bisa memenuhi keinginan mereka dengan apa yang telah saya hasilkan.”
“Bapak kalau boleh tahu berapa gaji yang Bapak terima setiap bulannya?”
“Sekitar 2 juta per bulan. Tapi sepertinya gaji tersebut masih sangat kurang bagi saya Pak. Karena saya juga memiliki tanggungan anak dan istri juga.”
“Oh, begitu ya Pak. Kalau begitu nanti biar saya naikkan menjadi 3 juta per bulannya.”
Satu bulan kemudian pemilik perusahaan tersebut melihat pegawainya itu masih sering tertunduk lesu. Kemudian pemilik perusahaan tersebut bertanya kembali.
“Bagaimana Pak dengan bulan ini? Apakah sudah cukup?”
“Maaf Pak. Akan tetapi sepertinya masih kurang juga. Biaya hidup saat ini sangat tinggi. Harga – harga di pasar juga tinggi. Apa boleh saya minta naik gaji lagi?”
“Baik kalau begitu nanti saya naikkan menjadi 4 juta per bulannya.”
Bulan depannya lagi sang pemilik perusahaan kembali mendapati pegawainya masih dalam kondisi yang sama. Kemudian dia pun mendatanginya lagi.
“Apakah saat ini sudah cukup Pak?”
“Sepertinya masih kurang juga Pak. Saat ini biaya pendidikan untuk anak cukup tinggi. Untuk bisa membiayainya denga gaji yang saya miliki sepertinya masih juga kurang.”
“Ternyata masih juga kurang ya Pak. Ya sudah nanti saya naikkan menjadi 5 juta per tahun.”
Bulan depannya lagi sang pemilik perusahaan belum juga melihat perbedaan dari raut wajah pegawainya.
“Kenapa Pak masih lesu begini kelihatannya. Bukankah gaji Bapak sudah meningkat dari yang sebelumnya?”
“Iya Pak. Soalnya saya merasa gaji saya masih juga kurang. Untuk bisa membayar cicilan motor, kredit peralatan rumah tangga sepertinya masih juga kurang Pak. Belum lagi untuk keperluan pakaian. Sepertinya masih belum mencukupi.”
“Tapi bukankah gaji Bapak sudah naik lebih dari 2 kali lipat dari yang sebelumnya? Dan bukankah selama gaji Bapak dulu masih 2 juta per bulan Bapak masih bisa menghidupi keluarga Bapak sendiri?”
“Iya Pak, benar. Akan tetapi kebutuhan keluarga saya saat ini meningkat. Kalau bisa saya ingin minta tambahan gaji lagi Pak.”
Sahabat, coba kita telaah kisah yang baru saja kita baca. Di sana terlihat seorang pegawai yang senantiasa mengeluh lagi merasa kurang. Namun hal ini bukan merupakan hal asing bagi lagi. Bahkan telah disebutkan dalam Al – Qur’an.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”. (Q.S. Al – Ma’arij 70 : 19-20)

Memang benar bahwa manusia selalu saja berkeluh kesah. Bahkan dia pun merasa selalu berada dalam kekurangan. Apa saja yang diterimanya selalu saja terasa kurang. Seakan berapapun yang diterima selalu tidak bisa memuaskan dirinya.
Sahabat, jika kita selalu saja mengharapkan memiliki semua yang kita inginkan, niscaya kita tidak akan pernah merasa puas. Ketika kita mendapat sedikit rezeki dari Allah, kita pasti merasa kikir dan berusaha mendapat rezeki yang lebih besar. Bahkan diumpamakan manusia baru bisa merasa puas apabila telah memiliki 4 kali lipat dari apa yang ada di dunia ini. Luar biasa....
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al – Baqoroh 2 : 155)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim 14 : 7)

Sesungguhnya jika kita bersabar dan bersyukur, maka sungguh Allah akan mencukupkannya dan Allah bahkan akan melebihkan rezekiNya kepada hambaNya. namun sedikit sekali orang yang mau bersyukur ini. Bahkan lebih banyak dari kita yang mengingkari nikmatNya.
Sahabat, sudahkah kita mensyukuri setiap rezeki dan nikmat dari Allah tersebut. Ataukah kita masih juga merasa kekurangan atas apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Ingatlah bahwa Allah tidak pernah melupakan hambaNya dan selalu mencukupkan kebutuhan setiap makhlukNya.
Maka yakinlah bahwa rezeki yang telah diberikan Allah sesungguhnya sudah cukup untuk diri kita. Apabila masih terasa kurang, maka yakinlah bahwa masih ada rezeki lain yang ditangguhkan oleh Allah dan akan turun bila saatnya tiba. Maka tetaplah berikhtiar dalam mencari rezeki dan karuniaNya, serta tetaplah bersyukur dan bersabar.








Kamis, 11 Agustus 2011

Kesehatan


Bismillahirahmanirahim...

Sahabat, bolehkah saya bertanya. Apakah hal yang selalu sahabat minta dalam setiap kali doa yang sahabat panjatkan? Apakah hal yang paling sering sahabat syukuri ketika bermunajat kepada Allah? Pasti banyak sekali bukan. Namun apakah adakah yang biasanya terlupa oleh kita?

Diriwayat kan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua bentuk kenikmatan yang seringkali dilalaikan, yakni kesehatan dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Maka sekarang, sudahkah sahabat semua mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah itu? Ya, memang nikmat sehat ini sering sekali kita rasakan dan sering juga terlupa untuk mensyukurinya. Entah karena kita terbiasa menjalani hari dengan nikmat tersebut, sehingga lebih sibuk merasakannya atau entah karena apa. Yang jelas banyak dari kita yang kurang mensyukuri nikmat sehat itu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
Barangsiapa yang bangun pagi hari dalam keadaan sehat wal afiat tubuhnya, cukup sandang pangan pada hari itu, tak ubahnya ia mendapatkan seluruh dunia ini.”
(HR. Tirmidzi)

Luar biasa apa yang disampaikan Rosulullah ini. Barang siapa yang tubuhnya sehat pada hari itu, dan cukup sandang pangannya, maka ia bak mendapatkan seluruh dunia ini. Mengapa bisa demikian?
Tentu saja sahabat. Hal ini dikarenakan jika tubuh kita sehat, dan hak dari tubuh ini  juga telah terpenuhi, maka tubuh ini pun bisa bekerja keras untuk mendapat nikmat Allah yang tersebar di muka bumi ini. Dengan tubuh yang sehat dan kuat beragam aktivitas bisa dikerjakan. Tak terkecuali ibadah.

Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja” (Q.S. Ash-Shaffat 37: 60-61).

Luar biasa bukan. Tentu sebuah kemenangan perlu diusahakan. Dan diusahakan dengan sebuah kerja keras bukan? Nah, tentulah sahabat. Dengan tubuh yang sehat dan kuat, kita akan bisa bekerja secara optimal.

Dalam Musna Imam Ahmad diriwayatkan secara marfu’, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Mintalah kepada Allah keyakinan dan kesehatan. Karena seorang hamba tidak pernah diberikan kebaikan setelah keyakinan, melebihi kesehatan.”

Maka sahabat, sudahkah kita selalu meminta kesehatan dan mesyukurinya?