Senin, 22 Agustus 2011

Serakah


Bismillahirahmanirahim
Suatu hari seorang pemilik perusahaan tengah mendapati seorang pegawainya yang tertunduk lesu di ruang istirahat. Akhirnya dia mendatangi pegawainya tersebut.
“Bapak ada apa kok kelihatannya lesu sekali?”
“Begini Pak. Saya merasa tidak enak pada anak dan istri saya. Saya merasa tidak bisa memenuhi keinginan mereka dengan apa yang telah saya hasilkan.”
“Bapak kalau boleh tahu berapa gaji yang Bapak terima setiap bulannya?”
“Sekitar 2 juta per bulan. Tapi sepertinya gaji tersebut masih sangat kurang bagi saya Pak. Karena saya juga memiliki tanggungan anak dan istri juga.”
“Oh, begitu ya Pak. Kalau begitu nanti biar saya naikkan menjadi 3 juta per bulannya.”
Satu bulan kemudian pemilik perusahaan tersebut melihat pegawainya itu masih sering tertunduk lesu. Kemudian pemilik perusahaan tersebut bertanya kembali.
“Bagaimana Pak dengan bulan ini? Apakah sudah cukup?”
“Maaf Pak. Akan tetapi sepertinya masih kurang juga. Biaya hidup saat ini sangat tinggi. Harga – harga di pasar juga tinggi. Apa boleh saya minta naik gaji lagi?”
“Baik kalau begitu nanti saya naikkan menjadi 4 juta per bulannya.”
Bulan depannya lagi sang pemilik perusahaan kembali mendapati pegawainya masih dalam kondisi yang sama. Kemudian dia pun mendatanginya lagi.
“Apakah saat ini sudah cukup Pak?”
“Sepertinya masih kurang juga Pak. Saat ini biaya pendidikan untuk anak cukup tinggi. Untuk bisa membiayainya denga gaji yang saya miliki sepertinya masih juga kurang.”
“Ternyata masih juga kurang ya Pak. Ya sudah nanti saya naikkan menjadi 5 juta per tahun.”
Bulan depannya lagi sang pemilik perusahaan belum juga melihat perbedaan dari raut wajah pegawainya.
“Kenapa Pak masih lesu begini kelihatannya. Bukankah gaji Bapak sudah meningkat dari yang sebelumnya?”
“Iya Pak. Soalnya saya merasa gaji saya masih juga kurang. Untuk bisa membayar cicilan motor, kredit peralatan rumah tangga sepertinya masih juga kurang Pak. Belum lagi untuk keperluan pakaian. Sepertinya masih belum mencukupi.”
“Tapi bukankah gaji Bapak sudah naik lebih dari 2 kali lipat dari yang sebelumnya? Dan bukankah selama gaji Bapak dulu masih 2 juta per bulan Bapak masih bisa menghidupi keluarga Bapak sendiri?”
“Iya Pak, benar. Akan tetapi kebutuhan keluarga saya saat ini meningkat. Kalau bisa saya ingin minta tambahan gaji lagi Pak.”
Sahabat, coba kita telaah kisah yang baru saja kita baca. Di sana terlihat seorang pegawai yang senantiasa mengeluh lagi merasa kurang. Namun hal ini bukan merupakan hal asing bagi lagi. Bahkan telah disebutkan dalam Al – Qur’an.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”. (Q.S. Al – Ma’arij 70 : 19-20)

Memang benar bahwa manusia selalu saja berkeluh kesah. Bahkan dia pun merasa selalu berada dalam kekurangan. Apa saja yang diterimanya selalu saja terasa kurang. Seakan berapapun yang diterima selalu tidak bisa memuaskan dirinya.
Sahabat, jika kita selalu saja mengharapkan memiliki semua yang kita inginkan, niscaya kita tidak akan pernah merasa puas. Ketika kita mendapat sedikit rezeki dari Allah, kita pasti merasa kikir dan berusaha mendapat rezeki yang lebih besar. Bahkan diumpamakan manusia baru bisa merasa puas apabila telah memiliki 4 kali lipat dari apa yang ada di dunia ini. Luar biasa....
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al – Baqoroh 2 : 155)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim 14 : 7)

Sesungguhnya jika kita bersabar dan bersyukur, maka sungguh Allah akan mencukupkannya dan Allah bahkan akan melebihkan rezekiNya kepada hambaNya. namun sedikit sekali orang yang mau bersyukur ini. Bahkan lebih banyak dari kita yang mengingkari nikmatNya.
Sahabat, sudahkah kita mensyukuri setiap rezeki dan nikmat dari Allah tersebut. Ataukah kita masih juga merasa kekurangan atas apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Ingatlah bahwa Allah tidak pernah melupakan hambaNya dan selalu mencukupkan kebutuhan setiap makhlukNya.
Maka yakinlah bahwa rezeki yang telah diberikan Allah sesungguhnya sudah cukup untuk diri kita. Apabila masih terasa kurang, maka yakinlah bahwa masih ada rezeki lain yang ditangguhkan oleh Allah dan akan turun bila saatnya tiba. Maka tetaplah berikhtiar dalam mencari rezeki dan karuniaNya, serta tetaplah bersyukur dan bersabar.








Kamis, 11 Agustus 2011

Kesehatan


Bismillahirahmanirahim...

Sahabat, bolehkah saya bertanya. Apakah hal yang selalu sahabat minta dalam setiap kali doa yang sahabat panjatkan? Apakah hal yang paling sering sahabat syukuri ketika bermunajat kepada Allah? Pasti banyak sekali bukan. Namun apakah adakah yang biasanya terlupa oleh kita?

Diriwayat kan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua bentuk kenikmatan yang seringkali dilalaikan, yakni kesehatan dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Maka sekarang, sudahkah sahabat semua mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah itu? Ya, memang nikmat sehat ini sering sekali kita rasakan dan sering juga terlupa untuk mensyukurinya. Entah karena kita terbiasa menjalani hari dengan nikmat tersebut, sehingga lebih sibuk merasakannya atau entah karena apa. Yang jelas banyak dari kita yang kurang mensyukuri nikmat sehat itu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
Barangsiapa yang bangun pagi hari dalam keadaan sehat wal afiat tubuhnya, cukup sandang pangan pada hari itu, tak ubahnya ia mendapatkan seluruh dunia ini.”
(HR. Tirmidzi)

Luar biasa apa yang disampaikan Rosulullah ini. Barang siapa yang tubuhnya sehat pada hari itu, dan cukup sandang pangannya, maka ia bak mendapatkan seluruh dunia ini. Mengapa bisa demikian?
Tentu saja sahabat. Hal ini dikarenakan jika tubuh kita sehat, dan hak dari tubuh ini  juga telah terpenuhi, maka tubuh ini pun bisa bekerja keras untuk mendapat nikmat Allah yang tersebar di muka bumi ini. Dengan tubuh yang sehat dan kuat beragam aktivitas bisa dikerjakan. Tak terkecuali ibadah.

Sesungguhnya ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja” (Q.S. Ash-Shaffat 37: 60-61).

Luar biasa bukan. Tentu sebuah kemenangan perlu diusahakan. Dan diusahakan dengan sebuah kerja keras bukan? Nah, tentulah sahabat. Dengan tubuh yang sehat dan kuat, kita akan bisa bekerja secara optimal.

Dalam Musna Imam Ahmad diriwayatkan secara marfu’, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Mintalah kepada Allah keyakinan dan kesehatan. Karena seorang hamba tidak pernah diberikan kebaikan setelah keyakinan, melebihi kesehatan.”

Maka sahabat, sudahkah kita selalu meminta kesehatan dan mesyukurinya?

Selasa, 09 Agustus 2011

Keteladanan







Bismillahirahmanirahim...

Di suatu siang Andy dan Redian sedang duduk di masjid kampus. Suasana saat itu memang sedang terik. Hal ini menyebabkan rasa malas kian menjerat mahasiswa seperti Andy dan Redian untuk beristirahat di serambi masjid kampus yang teduh dan luas. Mereka sedang mendiskusikan beberapa mata kuliah yang baru saja mereka ikuti. Tak jauh dari sana ada seorang pria paruh baya yang sedang menikmati santap siangnya di serambi masjid.
“Red, liat tuh ada orang makan di serambi masjid. Mana jatuh – jatuh lagi makannya. Bikin kotor masjid aja. Ayo kita samperin dan ingetin orangnya. Gak tau adab di masjid dia.”
“Sabar Akh. Siapa tahu nanti habis ini dibersihin sama orangnya. Sabar dulu aja.”
Kata – kata Redian ini berhasil meredam niat Andy untuk melabrak orang tersebut. Namun Andy masih memperhatikan orang tersebut. Tak lama kemudian orang paruh baya itu meninggalkan sampah bekas makanannya begitu saja. Selain itu lantai di tempatnya makan juga kotor.
“Wah, ini udah gak bisa dibiarkan Red. Ayo kita samperin itu orang.”
“Ya sudah. Kalau gitu mending antum ke belakang masjid dulu Akh. Ambil alat pel di sana. Habis itu kita ke sana.”
Tanpa banyak bicara lagi Andy segera mencari peralatan pel. Sementara itu orang yang tadi makan kini beranjak ke tempat Wudu untuk mencuci tangan. Tak lama kemudian Andy menghampiri Redian sambil membawa peralatan pel.
“Aku udah bawa peralatan pel. Sekarang ayo suruh dia bersihin tempat dia makan tadi.” Nada bicara Andy terdengar emosi.
“Gak usah dia yang bersihin. Cukup kita saja. Mau dapat pahala tidak? Kan kalau kita yang bersihin malah lebih besar pahalanya.”
“Tapi kan dia yang .......”
“Sudah. Ayo kita ke sana.”
Tanpa banyak bicara lagi Redian segera menyeret Andy untuk membantunya membersihkan bagian serambi masjid yang kotor itu. Sebenarnya Andy masih sedikit kesal karena justru dia dan Redian yang harus membersihkannya. Tapi dia tidak bisa membantah Redian juga.
Tak lama kemudian orang paruh baya itu keluar dari tempat Wudu untuk pulang. Dia tampak terkejut melihat dua orang mahasiswa sedang membersihkan tempat bekasnya makan. Dia awalnya berpikir pengurus masjidlah yang akan membersihkannya ketika dia sudah pulang. Ternyata dugaannya salah.
Andy yang melihat orang tersebut langsung memasang raut muka kesal. Namun sebaliknya, Redian justru tersenyum tulus kepada orang tersebut. Tampak malu, orang tersebut membalas senyum Redian dan segera melangkah meninggalkan masjid.

====================================================
==============+++++++++++++++++++++++===============
====================================================


Sahabat. Jika kita menelaah kembali cerita tersebut, sungguh terdapat beberapa hal patut kita pelajari. Dan hal yang paling utama adalah keteladanan. Bagaimana keteladanan itu ditunjukkan dengan sebuah contoh dalam tindakan nyata, bukan hanya sekedar ucapan belaka.
Jika kita berkaca kepada Rosulullah saw. dulu, ketika ada seseorang yang membuang air kecil di masjid, banyak sahabat yang marah dan hendak melabrak orang tersebut. Namun Rosulullah justrui melarangnya dan membiarkan orang tersebut sampai selesai dengan urusannya dan bersabda.
“Biarkanlah… dan siramlah bekas air seninya dengan satu ember atau satu gayung air. Kalian disuruh untuk mempermudah dan bukan untuk mempersulit.” (HR. Bukhari)
Ah, sungguh indah kata -  kata beliau. Benar apa yang disampaikannya. Umat Islam hadir di dunia ini untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit. Dan kata – kata beliau juga mengajarkan kita untuk bisa menjadi teladan. Iya benar. Menjadi seorang teladan.
Mungkin wajar jika para sahabat langsung emosi melihat tempat suci mereka dikotori oleh seseorang. Namun Rosulullah saw. justru bertindak tenang. Beliau tahu dan sadar bahwa orang yang melakukannya bukan atas dasar sengaja. Hal itu dilakukannya atas dasar ketidaktahuannya. Sehingga teguran yang diberikan Rosulullah saw. pun berupa keteladanan.
Sungguh indah Islam itu ternyata. Bukan perilaku keras yang ditunjukkan, melainkan suatu kasih yang damai. Serta sebuah keteladanan bagi umat. Tidak ada perilaku keras yang ditunjukkan. Hal ini karena memang target da’wah mereka masih orang awam yang belum mengenal Islam secara keseluruhan. Sehingga keteladananlah yang ditunjukkan. Bukan suatu perkataan keras yang bisa menyakitkan hati orang lain. Memang niatnya baik. Akan tetapi Islam mengajarkan cara terbaik untuk memberitahu isi kandungannya. Itulah keteladanan. Dan itulah yang diajarkan dalam Islam. Semoga bisa bermanfaat.....

Wallahu a’lam