Setiap masa memiliki kenangan tersendiri. Entah itu akan
menjadi indah, atau akan menjadi buruk. Namun masa – masa itulah yang membentuk
kita kini. Setiap masa yang telah ditapaki itu kini menjadi jejak langkah. Entah
akan ada yang mengikutinya ataupun tidak. Namun setiap orang memiliki jejak
masing – masing. Walau tempat akhirnya sama, belum tentu jejak itu akan sama
dengan jejak yang ditapaki oleh orang lain. Dan jejak itu selamanya tak akan
pernah terhapus.
Setiap masa, setiap jejak, setiap kenangan, tak ada yang
akan berubah. Semuanya memiliki andil dalam membentuk karakter diri. Kadang ada
hal yang tergantikan karena masa itu telah habis dan dimulai masa yang baru. Kadang
pula justru terikat dengan masa yang sulit dan berat untuk melangkah memulai
sebuah tapak baru. Ingin segera memulai sebuah masa yang baru tapi tak bisa
lepas dari masa lalu.
Terikat dengan masa lalu. Yap, mungkin ini yang sebenarnya
menggambarkan diri ini. Goresan pena kehidupan itu masih belum diangkat. Walau kini
pena baru turut menggores lembaran kanvas ini. Hingga gambar yang terbentuk tak
sepadan dan acap bertabrakkan. Tidak bisa fokus membuat sebuah lukisan hidup
yang indah memesona. Tapi tetap ada pena yang sering menyeruak garis pena lain
dan menyebabkan dualisme lukisan. Tapi inilah lukisanku. Inilah hidupku.
Tak banyak orang yang melihat kesemua pena yang melukis
hidupku kini. Yang terlihat mungkin hanya sebuah pena baru untuk yang sedang
melukis masa depan. Tapi pena masa lalu
ini tetap mengukir. Tak banyak yang tahu tentang pena ini. Dan tak banyak pula
yang memperhatikannya. Tapi pasti akan jelas terlihat nanti ketika seluruh
lukisan ini mulai bertabrakkan dan menjadi satu. Bukan lukisan yang
diekspektasikan banyak orang pastinya. Dan hasil yang ditampakkan pasti di luar
perkiraan.
Lukisan ini mulai padu. Pada akhirnya akan membentuk sebuah
karya yang bernama “hidupku”. Seandainya bisa kutarik pena masa lalu ini agar
aku bisa melukis semua seperti apa yang terlihat. Entah harus kusesali atau entah
bagaimana. Seharusnya pena ini tak pernah melukis kanvas hidup ini. Karena tak
jua terangkat atau sekedar untuk menepi. Tapi di sisi lain pena baru sudah
melukis hidup ini. Semua tentang hidupku pasti akan terlihat nanti. Namun apakah
mereka akan tetap melihat pada lukisan yang sama? Atau perhatian mereka
terfokus pada lukisan lama yang tak pernah mereka perhatikan sebelumnya.
Memang sudah seharusnya aku tidak memulai pena baru ini. Tak
menjalani hidup sebagai panutan bagi orang lain. Ketika mereka sadar siapa diri
ini, semoga tidak membuat mereka patah arah juga. Aku tidak berharap untuk
diterima dan dimaklumi. Toh seiring dengan waktu yang bergulir semua juga akan
berjalan sebagaimana mestinya.
Aku tidak berharap mereka akan memiliki persepsi yang baik
terhadapku pula. Kenyataan yang terlihat justru sebaliknya. Aku tidak akan
mempermasalahkan itu. Bahkan untuk setiap dari apa yang pernah dilakukan, aku
justru senang karena mereka masih peduli padaku. Walau memang semenjak dulu tak
pernah bisa menceritakan semuanya. Seandainya aku memang tidak pernah ada
bersama kalian. Dan semoga memang nantinya tidak ada yang terlibat dalam
goresan hidupku kelak. Pasti semuanya akan aku akhiri. Pena ini tak seharusnya
melukiskan kembali lukisan yang tidak ingin aku lihat lagi. Namun tetap aku
harus menggoreskan kembali pena ini. Ya benar, hanya sekedar untuk goresan
akhir saja. Sekedar untuk mengakhiri lukisan yang tidak ingin ditampakkan. Walau
harus menepikan semua pena yang ada itu tak jadi soal. Aku hanya ingin mengakahiri
semuanya. Sebelum semua menjadi terlambat. Sebelum semakin banyak yang
terlibat. Sebelum dampak ini akan semakin nyata bagi yang lain. Maka aku harus
bergegas.