Di sebuah hari berkabut, terdapat sebuah kapal perang yang sedang mengemban misi rahasia dari sebuah negara. saati itu memang pagi hari. Udara begitu dingin hingga menusuk tulang. Namun kondisi saat itu juga sedang berkabut tebal sehingga jarak pandang tidak begitu jauh. Kapal perang ini di bawah komando seorang Jenderal bernama Jenderal John Venh.
Jenderal John Venh terus mengarungi samudra. Walau sebenarnya Radar dalam kapal tersebut sedang mengalami masalah. Namun Jenderal John Venh tetap bersikeras untuk melanjutkan misi rahasia tersebut. Dia hanya mengandalkan insting pelautnya dan sebuah peta di tengah samudera berkabut tebal tersebut.
Tiba – tiba ada yang menghubungi Jenderal John Venh melalui radio.
“Perhatian kapal pada posisi 220 derajat dengan kecepatan 200 knot, harap segera mengubah arah untuk menghidari tabrakan dengan kami. Kami berada dalam jarak 15 menit dengan Anda.”
“Di sini kapal pada posisi 220 derajat, maaf kami tidak akan mengubah arah. Anda lah yang harus segera pergi dari sana.”
“Maaf tapi kami tidak bisa pergi dari sini. Anda lah yang harus segera merubah arah kapal Anda.”
“Di sini Jenderal John Vehn, siapa Anda sehingga berani menyuruh saya mengubah arah. Anda yang harus segera pergi dari sana.”
“Saya hanya seorang perwira Pak. Tapi Anda tetap harus merubah arah kapal Anda.”
“Anda tidak mengerti juga? Saya ini seorang Jenderal dan sedang dalam misi kenegaraan. Oleh karena itu segera pergi dari sana dan jangan bertanya lagi.”
“Maaf Pak, walau Anda dalam misi sepenting apapun, Anda tetap harus mengubah arah kapal Anda.”
“Apa maksud Anda? Sudah jelas kami berada dalam misi penting. Jangan sampai saya harus memberikan sanksi kepada Anda hanya karena masalah ini.”
“Tapi Pak, apapun yang terjadi tetap Anda yang harus merubah arah kapal Anda. Kami tidak mungkin pergi dari sini.”
“Kami adalah kapal perang yang siap dengan segala persenjataan yang lengkap. Kami bisa saja menghancurkan Anda bila diperlukan. Oleh karena itu, segera pergi dari sini.”
“Maaf Pak, tapi tetap Anda yang harus merubah arah kapal Anda.”
“Kami sudah memperingatkan bahwa kami adalah kapal perang. Oleh karena itu jangan salahkan bila kami menghancurkan kalian. Memang siapa kalian?”
“Kami hanya sebuah mercusuar Pak.”
===========++++++++++++++++++++++++++++++===========Jenderal John Venh terus mengarungi samudra. Walau sebenarnya Radar dalam kapal tersebut sedang mengalami masalah. Namun Jenderal John Venh tetap bersikeras untuk melanjutkan misi rahasia tersebut. Dia hanya mengandalkan insting pelautnya dan sebuah peta di tengah samudera berkabut tebal tersebut.
Tiba – tiba ada yang menghubungi Jenderal John Venh melalui radio.
“Perhatian kapal pada posisi 220 derajat dengan kecepatan 200 knot, harap segera mengubah arah untuk menghidari tabrakan dengan kami. Kami berada dalam jarak 15 menit dengan Anda.”
“Di sini kapal pada posisi 220 derajat, maaf kami tidak akan mengubah arah. Anda lah yang harus segera pergi dari sana.”
“Maaf tapi kami tidak bisa pergi dari sini. Anda lah yang harus segera merubah arah kapal Anda.”
“Di sini Jenderal John Vehn, siapa Anda sehingga berani menyuruh saya mengubah arah. Anda yang harus segera pergi dari sana.”
“Saya hanya seorang perwira Pak. Tapi Anda tetap harus merubah arah kapal Anda.”
“Anda tidak mengerti juga? Saya ini seorang Jenderal dan sedang dalam misi kenegaraan. Oleh karena itu segera pergi dari sana dan jangan bertanya lagi.”
“Maaf Pak, walau Anda dalam misi sepenting apapun, Anda tetap harus mengubah arah kapal Anda.”
“Apa maksud Anda? Sudah jelas kami berada dalam misi penting. Jangan sampai saya harus memberikan sanksi kepada Anda hanya karena masalah ini.”
“Tapi Pak, apapun yang terjadi tetap Anda yang harus merubah arah kapal Anda. Kami tidak mungkin pergi dari sini.”
“Kami adalah kapal perang yang siap dengan segala persenjataan yang lengkap. Kami bisa saja menghancurkan Anda bila diperlukan. Oleh karena itu, segera pergi dari sini.”
“Maaf Pak, tapi tetap Anda yang harus merubah arah kapal Anda.”
“Kami sudah memperingatkan bahwa kami adalah kapal perang. Oleh karena itu jangan salahkan bila kami menghancurkan kalian. Memang siapa kalian?”
“Kami hanya sebuah mercusuar Pak.”
Dari cerita di atas jelas bahwa perwira tersebut tetap pada pendiriannya untuk terus dan terus berusaha meyakinkan sang Jenderal bahwa dia yang harus merubah arah. perwira tersebut tahu bahwa dia berada di tempat yang tepat dan juga kokoh. seandainya dia yang mengalah, maka Jenderal tersebut akan menabrak mercusuarnya. lalu yang terjadi samg jenderal itu yang hancur. dia bisa saja segera pergi dari mercusuar itu dan selamat. akan tetapi dia akan kehilangan mercusuarnya yang kokoh serta mencelakakan orang lain.
mercusuar hanyalah sebuah bangunan yang tertancap di tepi laut guna memperingatkan kapal – kapal yang berlayar bahwa ada daratan di dekatnya. bangunan tersebut kokoh menjulang di tepi laut. walaupun sering terhantam ombak dan badai, mercusuar itu tetap kokoh berdiri.
seandainya kita ibaratkan mercusuar ini iman kita, maka seperti apakah jadinya??
iman seharusnya menjadi acuan dalam hidup manusia untuk mengarahkan kepada kebaikan. ia menjadi pengingat ketika akan menabrak batas keburukan yang seharusnya tidak boleh ditembus. iman akan mengirim sinyal ketika ada yang mendekati batas keburukan.
seseorang yang beriman, akan senatiasa menjaga dirinya dan orang – orang di sekitarnya agar senantiasa berada dalam wilayah kebaikan. ketika ada orang di sekitarnya yang akan melanggar batas keburukan, maka orang yang beriman akan mengingatkannya. siapapun orang yang akan melanggar batas keburukan tersebut, maka orang yang beriman akan senantiasa mengingatkannya. hal itu kare dia yakin bahwa imannya sangat kokoh. imannya itu tertancap tegak menembus langit. terus menembus setiap tingkatan langit hingga mencapai kepada Sang Khalik. dia tetap teguh terhadap apa yang ada di hatinya. itu yang mendasari dirinya dalam mengambil tindakan.
dalam sebuah hadist dikatakan bahwa apabila kamu melihat sebuah keburukan, maka cegahlah dengan tanganmu. apabila tidak sanggup, maka cegahlah dengan lidahmu. apabila tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatimu. tetapi itulah selemah – lemahnya iman.
oleh karena itu, apabila kita melihat sebuah keburukan, maka segera cegah dengan apa yang bisa kita lakukan. jika kita hanya bisa mendoakannya agar menjadi lebih baik, maka itu menunjukkan betapa lemahnya iman kita. namun apabila kita mengetahui adanya keburukan tapi kita sama sekali tidak merasakan apa – apa, mungkin kita harus mempertanyakan lagi keberadaan iman kita. oleh sebab itu mari mulai dari sekarang kita tingkatkan lagi kepekaan terhadap lingkungan kita. segera perbaiki keburukan yang ada di sekitar kita sesaui dengan tahap kemampuan dari diri kita. semakin keras usaha kita untuk merubahnya, maka itulah cerminan betapa kuat iman kita tertancap di dalam hati kita.
mercusuar hanyalah sebuah bangunan yang tertancap di tepi laut guna memperingatkan kapal – kapal yang berlayar bahwa ada daratan di dekatnya. bangunan tersebut kokoh menjulang di tepi laut. walaupun sering terhantam ombak dan badai, mercusuar itu tetap kokoh berdiri.
seandainya kita ibaratkan mercusuar ini iman kita, maka seperti apakah jadinya??
iman seharusnya menjadi acuan dalam hidup manusia untuk mengarahkan kepada kebaikan. ia menjadi pengingat ketika akan menabrak batas keburukan yang seharusnya tidak boleh ditembus. iman akan mengirim sinyal ketika ada yang mendekati batas keburukan.
seseorang yang beriman, akan senatiasa menjaga dirinya dan orang – orang di sekitarnya agar senantiasa berada dalam wilayah kebaikan. ketika ada orang di sekitarnya yang akan melanggar batas keburukan, maka orang yang beriman akan mengingatkannya. siapapun orang yang akan melanggar batas keburukan tersebut, maka orang yang beriman akan senantiasa mengingatkannya. hal itu kare dia yakin bahwa imannya sangat kokoh. imannya itu tertancap tegak menembus langit. terus menembus setiap tingkatan langit hingga mencapai kepada Sang Khalik. dia tetap teguh terhadap apa yang ada di hatinya. itu yang mendasari dirinya dalam mengambil tindakan.
dalam sebuah hadist dikatakan bahwa apabila kamu melihat sebuah keburukan, maka cegahlah dengan tanganmu. apabila tidak sanggup, maka cegahlah dengan lidahmu. apabila tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatimu. tetapi itulah selemah – lemahnya iman.
oleh karena itu, apabila kita melihat sebuah keburukan, maka segera cegah dengan apa yang bisa kita lakukan. jika kita hanya bisa mendoakannya agar menjadi lebih baik, maka itu menunjukkan betapa lemahnya iman kita. namun apabila kita mengetahui adanya keburukan tapi kita sama sekali tidak merasakan apa – apa, mungkin kita harus mempertanyakan lagi keberadaan iman kita. oleh sebab itu mari mulai dari sekarang kita tingkatkan lagi kepekaan terhadap lingkungan kita. segera perbaiki keburukan yang ada di sekitar kita sesaui dengan tahap kemampuan dari diri kita. semakin keras usaha kita untuk merubahnya, maka itulah cerminan betapa kuat iman kita tertancap di dalam hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar