Selasa, 09 Agustus 2011

Keteladanan







Bismillahirahmanirahim...

Di suatu siang Andy dan Redian sedang duduk di masjid kampus. Suasana saat itu memang sedang terik. Hal ini menyebabkan rasa malas kian menjerat mahasiswa seperti Andy dan Redian untuk beristirahat di serambi masjid kampus yang teduh dan luas. Mereka sedang mendiskusikan beberapa mata kuliah yang baru saja mereka ikuti. Tak jauh dari sana ada seorang pria paruh baya yang sedang menikmati santap siangnya di serambi masjid.
“Red, liat tuh ada orang makan di serambi masjid. Mana jatuh – jatuh lagi makannya. Bikin kotor masjid aja. Ayo kita samperin dan ingetin orangnya. Gak tau adab di masjid dia.”
“Sabar Akh. Siapa tahu nanti habis ini dibersihin sama orangnya. Sabar dulu aja.”
Kata – kata Redian ini berhasil meredam niat Andy untuk melabrak orang tersebut. Namun Andy masih memperhatikan orang tersebut. Tak lama kemudian orang paruh baya itu meninggalkan sampah bekas makanannya begitu saja. Selain itu lantai di tempatnya makan juga kotor.
“Wah, ini udah gak bisa dibiarkan Red. Ayo kita samperin itu orang.”
“Ya sudah. Kalau gitu mending antum ke belakang masjid dulu Akh. Ambil alat pel di sana. Habis itu kita ke sana.”
Tanpa banyak bicara lagi Andy segera mencari peralatan pel. Sementara itu orang yang tadi makan kini beranjak ke tempat Wudu untuk mencuci tangan. Tak lama kemudian Andy menghampiri Redian sambil membawa peralatan pel.
“Aku udah bawa peralatan pel. Sekarang ayo suruh dia bersihin tempat dia makan tadi.” Nada bicara Andy terdengar emosi.
“Gak usah dia yang bersihin. Cukup kita saja. Mau dapat pahala tidak? Kan kalau kita yang bersihin malah lebih besar pahalanya.”
“Tapi kan dia yang .......”
“Sudah. Ayo kita ke sana.”
Tanpa banyak bicara lagi Redian segera menyeret Andy untuk membantunya membersihkan bagian serambi masjid yang kotor itu. Sebenarnya Andy masih sedikit kesal karena justru dia dan Redian yang harus membersihkannya. Tapi dia tidak bisa membantah Redian juga.
Tak lama kemudian orang paruh baya itu keluar dari tempat Wudu untuk pulang. Dia tampak terkejut melihat dua orang mahasiswa sedang membersihkan tempat bekasnya makan. Dia awalnya berpikir pengurus masjidlah yang akan membersihkannya ketika dia sudah pulang. Ternyata dugaannya salah.
Andy yang melihat orang tersebut langsung memasang raut muka kesal. Namun sebaliknya, Redian justru tersenyum tulus kepada orang tersebut. Tampak malu, orang tersebut membalas senyum Redian dan segera melangkah meninggalkan masjid.

====================================================
==============+++++++++++++++++++++++===============
====================================================


Sahabat. Jika kita menelaah kembali cerita tersebut, sungguh terdapat beberapa hal patut kita pelajari. Dan hal yang paling utama adalah keteladanan. Bagaimana keteladanan itu ditunjukkan dengan sebuah contoh dalam tindakan nyata, bukan hanya sekedar ucapan belaka.
Jika kita berkaca kepada Rosulullah saw. dulu, ketika ada seseorang yang membuang air kecil di masjid, banyak sahabat yang marah dan hendak melabrak orang tersebut. Namun Rosulullah justrui melarangnya dan membiarkan orang tersebut sampai selesai dengan urusannya dan bersabda.
“Biarkanlah… dan siramlah bekas air seninya dengan satu ember atau satu gayung air. Kalian disuruh untuk mempermudah dan bukan untuk mempersulit.” (HR. Bukhari)
Ah, sungguh indah kata -  kata beliau. Benar apa yang disampaikannya. Umat Islam hadir di dunia ini untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit. Dan kata – kata beliau juga mengajarkan kita untuk bisa menjadi teladan. Iya benar. Menjadi seorang teladan.
Mungkin wajar jika para sahabat langsung emosi melihat tempat suci mereka dikotori oleh seseorang. Namun Rosulullah saw. justru bertindak tenang. Beliau tahu dan sadar bahwa orang yang melakukannya bukan atas dasar sengaja. Hal itu dilakukannya atas dasar ketidaktahuannya. Sehingga teguran yang diberikan Rosulullah saw. pun berupa keteladanan.
Sungguh indah Islam itu ternyata. Bukan perilaku keras yang ditunjukkan, melainkan suatu kasih yang damai. Serta sebuah keteladanan bagi umat. Tidak ada perilaku keras yang ditunjukkan. Hal ini karena memang target da’wah mereka masih orang awam yang belum mengenal Islam secara keseluruhan. Sehingga keteladananlah yang ditunjukkan. Bukan suatu perkataan keras yang bisa menyakitkan hati orang lain. Memang niatnya baik. Akan tetapi Islam mengajarkan cara terbaik untuk memberitahu isi kandungannya. Itulah keteladanan. Dan itulah yang diajarkan dalam Islam. Semoga bisa bermanfaat.....

Wallahu a’lam

2 komentar:

  1. d^^ bagus artikelnya..
    alhamdulillah bisa dapet pelajaran dari artikel ini.. jadi diingatkan untuk lebih bisa menahan emosi dalam keadaan yang sering kita alami seperti itu.. inti sari yang mau disampaikan juga udah dapet.. :)

    emm.. kritik saran yah..
    kalo kritik tentang inti sari pelajaran yang mau disampaikan sih kayaknya ga ada.. tapi mungkin kritik dalam penulisan artikel sih.. :p hehe.. *yaa meskipun saya belum terlalu baik juga sih dalam menulis.. hehe.. :p*
    kalo dalam penulisan artikelnya itu di awal rada mbulet.. jadi pembaca agak bingung maksud penulis ini awalan ini mau diceritain kayak gimana sih.. baru pas nyampe tengah" agak nyambung gitu.. :p eh tapi pendapat saya sebagai orang awam sih.. ga tau juga gmna pendapat mas mbak pembaca yang lainnya.. :)

    sarannya sih mungkin di awal penggambaran tokoh dan alurnya lebih ngalir aja.. ga terlalu mbulet.. ringan tapi jelas gitu.. :D

    tapi isi kesimpulannya udah bagus kok.. d^^ dengan baca kesimpulan itu pembaca jadi bisa mengambil pelajaran yang berarti mengenai keteladanan dan gimana kita bisa menahan emosi kita yang biasanya meluap".. padahal nabi Muhammad meski susah seperti apa pun juga tetap tersenyum kayak gitu.. ^^ hehe..

    yaa tapi ini sekedar opini saya saja yaa.. :)
    wallaahua'lam..

    BalasHapus
  2. Oh begitu ya. Insya Allah artikel - artikel ke depan akan lebih disempurnakan. ^^

    BalasHapus