Minggu, 30 September 2012

Pena dari Kanvas Hidup ini


Setiap masa memiliki kenangan tersendiri. Entah itu akan menjadi indah, atau akan menjadi buruk. Namun masa – masa itulah yang membentuk kita kini. Setiap masa yang telah ditapaki itu kini menjadi jejak langkah. Entah akan ada yang mengikutinya ataupun tidak. Namun setiap orang memiliki jejak masing – masing. Walau tempat akhirnya sama, belum tentu jejak itu akan sama dengan jejak yang ditapaki oleh orang lain. Dan jejak itu selamanya tak akan pernah terhapus.

Setiap masa, setiap jejak, setiap kenangan, tak ada yang akan berubah. Semuanya memiliki andil dalam membentuk karakter diri. Kadang ada hal yang tergantikan karena masa itu telah habis dan dimulai masa yang baru. Kadang pula justru terikat dengan masa yang sulit dan berat untuk melangkah memulai sebuah tapak baru. Ingin segera memulai sebuah masa yang baru tapi tak bisa lepas dari masa lalu.

Terikat dengan masa lalu. Yap, mungkin ini yang sebenarnya menggambarkan diri ini. Goresan pena kehidupan itu masih belum diangkat. Walau kini pena baru turut menggores lembaran kanvas ini. Hingga gambar yang terbentuk tak sepadan dan acap bertabrakkan. Tidak bisa fokus membuat sebuah lukisan hidup yang indah memesona. Tapi tetap ada pena yang sering menyeruak garis pena lain dan menyebabkan dualisme lukisan. Tapi inilah lukisanku. Inilah hidupku.

Tak banyak orang yang melihat kesemua pena yang melukis hidupku kini. Yang terlihat mungkin hanya sebuah pena baru untuk yang sedang melukis masa depan.  Tapi pena masa lalu ini tetap mengukir. Tak banyak yang tahu tentang pena ini. Dan tak banyak pula yang memperhatikannya. Tapi pasti akan jelas terlihat nanti ketika seluruh lukisan ini mulai bertabrakkan dan menjadi satu. Bukan lukisan yang diekspektasikan banyak orang pastinya. Dan hasil yang ditampakkan pasti di luar perkiraan.

Lukisan ini mulai padu. Pada akhirnya akan membentuk sebuah karya yang bernama “hidupku”. Seandainya bisa kutarik pena masa lalu ini agar aku bisa melukis semua seperti apa yang terlihat. Entah harus kusesali atau entah bagaimana. Seharusnya pena ini tak pernah melukis kanvas hidup ini. Karena tak jua terangkat atau sekedar untuk menepi. Tapi di sisi lain pena baru sudah melukis hidup ini. Semua tentang hidupku pasti akan terlihat nanti. Namun apakah mereka akan tetap melihat pada lukisan yang sama? Atau perhatian mereka terfokus pada lukisan lama yang tak pernah mereka perhatikan sebelumnya.

Memang sudah seharusnya aku tidak memulai pena baru ini. Tak menjalani hidup sebagai panutan bagi orang lain. Ketika mereka sadar siapa diri ini, semoga tidak membuat mereka patah arah juga. Aku tidak berharap untuk diterima dan dimaklumi. Toh seiring dengan waktu yang bergulir semua juga akan berjalan sebagaimana mestinya.

Aku tidak berharap mereka akan memiliki persepsi yang baik terhadapku pula. Kenyataan yang terlihat justru sebaliknya. Aku tidak akan mempermasalahkan itu. Bahkan untuk setiap dari apa yang pernah dilakukan, aku justru senang karena mereka masih peduli padaku. Walau memang semenjak dulu tak pernah bisa menceritakan semuanya. Seandainya aku memang tidak pernah ada bersama kalian. Dan semoga memang nantinya tidak ada yang terlibat dalam goresan hidupku kelak. Pasti semuanya akan aku akhiri. Pena ini tak seharusnya melukiskan kembali lukisan yang tidak ingin aku lihat lagi. Namun tetap aku harus menggoreskan kembali pena ini. Ya benar, hanya sekedar untuk goresan akhir saja. Sekedar untuk mengakhiri lukisan yang tidak ingin ditampakkan. Walau harus menepikan semua pena yang ada itu tak jadi soal. Aku hanya ingin mengakahiri semuanya. Sebelum semua menjadi terlambat. Sebelum semakin banyak yang terlibat. Sebelum dampak ini akan semakin nyata bagi yang lain. Maka aku harus bergegas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar