Kamis, 20 Februari 2014

Sekilas Mengenai Unit Donor Darah PMI



Siang ini memang tidak begitu terik. Cuaca yang cukup bersahabat untuk kota yang biasanya berhawa panas karena terik matahari. Hari ini memang sudah diniatkan untuk kembali mendonorkan darah di Unit Donor Darah PMI cabang Surabaya. Setelah memacu sepeda motor beberapa lama, akhirnya sampai juga di Unit Donor Darah PMI.

Setelah memarkirkan sepeda motor di tempat yang disediakan, dimulailah rutinitas untuk mendonorkan darah yang kesekian kalinya. Alurnya masih sama seperti dulu. Dimulai dengan mengisi formulir berwarna putih untuk donor rutin, kemudian menyerahkannya ke bagian pendaftaran. Tak perlu menunggu waktu lama untuk kemudian dipanggil karena kondisi saat itu memang sedang sepi. Setelah itu langsung menimbang berat badan (*Alhamdulillah berat badan bertambah sejak terakhir kali donor) kemudian mengecek nilai Hb. Setelah dinyatakan cukup, kemudian masuk ke ruang kesehatan. setelah dinyatakan sehat oleh dokter, maka sudah dinyatakan siap untuk donor darah.

Ketika masuk ke ruang donor, secara sengaja memilih perawat yang terlihat tidak terlalu sibuk. Memang sudah direncanakan donor darah kali ini tidak sekedar untuk donor darah saja. Ada agenda lain yang direncanakan yaitu untuk mencari tahu sebenarnya seperti apa sistem kerja yang ada di PMI dan riset seperti apa yang sudah dilakukan oleh PMI.

Kebetulan yang terpilih untuk ditanyai seputar PMI adalah Ibu Aluk. Dari beliau saya mendapati ternyata sistem yang ada di PMI tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. PMI yang menangani donor darah ternyata terpisah dengan yang menangani bantuan bencana. Bagian yang menangani donor darah hanya Unit Donor Darah PMI. Sementara untuk urusan bencana diurus oleh bagian yang lain. Sepertinya terdapat dua yayasan berbeda yang masing-masing memiliki manajemen tersendiri.

Unit Donor Darah hanya melayani bagian donor darah, bank darah, distribusi darah, serta urusan lain mengenai pengolahan darah. Sumber dana yang didapatkan oleh Unit Donor Darah PMI ternyata berasal dari pembelian darah itu sendiri serta bantuan dari swasta. Dana dari pemerintah, dari informasi yang saya dapat tadi, masuk ke PMI bagian penanggulangan bencana. Hal inilah yang menyebabkan harga per kantong darah menjadi mahal, karena semua biaya pengolahan darah dibebankan kepada pasien (pembeli darah).

Ketika saya bertanya mengenai riset yang dilakukan di Unit Donor Darah PMI, seketika itu juga raut muka Bu Aluk seperti kebingungan. Ternyata memang beliau juga tidak tahu mengenai riset yang dilakukan oleh Unit Donor Darah. Beliau menyarankan saya untuk bertanya kepada bagian Humas Unit Donor Darah untuk mencari tahu hal tersebut.

Sebelumnya saya juga sempat mencari tahu mengenai riset yang dilakukan oleh PMI. Ketika mencoba membuka http://www.pmi.or.id saya tidak berhasil menemukan contoh riset yang pernah dilakukan oleh PMI. Dulu memang saya sendiri pernah membaca artikel dari sebuah koran mengenai organisasi semisal PMI lagi namun di Thailand (kalo gak salah sih. Maklum lupa. pokoknya masih termasuk ASEAN juga kok). Di sana ternyata lembaga yang semisal PMI tidak bergantung pada pemerintah. Memang ada dana dari pemerintah, namun tidak begitu besar dan tidak mencukupi. Oleh karena itu, mereka bekerja sama dengan pihak swasta untuk mencari sumber dana lain. Tentu saja bentuk kerja sama tersebut saling menguntungkan. PMI di sana menjual hasil riset mereka kepada pihak swasta. Hasil penjualan tersebut digunakan untuk memenuhi biaya operasional mereka, bahkan bisa untuk riset lebih jauh lagi. Tak heran jika PMI di sana jauh lebih maju. Sepertinya hal ini berbeda dengan PMI di sini.

Unit Donor Darah PMI di sini masih bersifat kedaerahan. Jadi fasilitas yang ada di suatu daerah bisa jadi jauh berbeda dengan daerah lainnya. Sistemnya pun terpisah. Tak heran bila riwayat donor darah saya yang ada di kota Bandung tidak dapat dilihat di Surabaya. Ini karena sistemnya memang belum terintegrasi satu sama lain. Bagi saya selaku orang yang mengerti bidang teknologi informasi tentu beranggapan membuat sebuah basis data yang terintegrasi dengan website, dan dapat diakses di tiap daerah tentu sudah selayaknya dilakukan oleh organisasi sekelas PMI. Namun semua kembali ke masalah awal. Biaya operasional yang tinggi serta perbedaan fasilitas di setiap daerah menjadikan Unit Donor Darah PMI ini terkesan jalan sendiri-sendiri di tiap daerahnya.

Fasilitas yang ada di Unit Donor Darah PMI cabang Surabaya dapat dikatakan cukup baik. Mulai dari alat analisis Hb, Tekanan darah, dan lain-lain cukup memadai untuk pendonor serta untuk pengolahan darahnya sendiri. Namun hal itu tidak sama dengan dengan Unit Donor Darah di kota-kota kecil. Menurut Bu Aluk fasilitas di kota-kota kecil tentu tidak sebaik yang ada di Surabaya. Beberapa fasilitas yang ada di Unit Donor Darah PMI Surabaya pun ada yang merupakan sumbangan dari perusahaan.

Informasi yang saya dapatkan memang tidak begitu banyak dari Bu Aluk. Maklum, waktu saya untuk berbincang dengan beliau hanya sebentar. Sebatas waktu untuk mengambil darah saja. Setelah selesai beliau bersiap untuk melayani pendonor lain dikarenakan kondisi sudah mulai ramai. Sebelum saya meninggalkan Unit Donor Darah, sengaja saya mendatangi customer service yang berada di depan untuk kembali bertanya seputar sistem PMI dan riset yang sudah dilakukan di PMI, utamanya di Unit Donor Darah. Namun kembali lagi saya diarahkan ke bagian Humas yang berada di lantai atas. Dikarenakan saya juga memiliki agenda lain setelah itu, maka saya mengurungkan niat untuk bertanya langsung ke bagian Humas. Namun saya diberi nomor telepon jika ingin bertanya lebih jauh mengenai riset yang dilakukan di Unit Donor Darah PMI.

Kunjungan saya ke Unit Donor Darah PMI ini cukup menjawab beberapa pertanyaan saya. Tentang mengapa harga per kantong darah cukup mahal. Tentang mengapa riwayat saya donor di kota Bandung tidak ada di kota Surabaya. Namun memang masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Mungkin memang harus meluangkan waktu lagi untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Unit Donor Darah PMI dan PMI itu sendiri. Semoga PMI bisa menjadi organisasi yang lebih baik lagi dan mampu memberikan pelayanan secara cepat dan berkualitas bagi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar